PERNAKAH Anda melihat seseorang memakai handphone meski awak kabin pesawat sudah minta mematikannya? Bahaya tindakan ini bisa mengancam seluruh penumpang.
Situs pemesanan tiket pesawat Airfarewatchdog baru-baru ini menghelat jajak pendapat kepada 1.200 orang untuk menanyakan apakah mereka menggunakan perangkat elektronik, seperti ponsel dan laptop, setelah pintu kabin ditutup dan pramugari meminta alat tersebut dimatikan.
Hasilnya cukup mengejutkan karena 24 persen responden mengatakan tidak selalu mematuhinya. Bahkan, sembilan persen responden mengatakan tetap menggunakan perangkat elektronik tersebut untuk menerima panggilan meski mendengar pengumuman dari awak kabin.
“Temuan ini menegaskan bahwa kini cukup sedikit orang yang mematuhi peraturan tersebut," kata George Hobica dari Airfarewatchdog, seperti dikutip SMH, Selasa (22/5/2012).
Menurutnya, banyak penumpang menganggap perangkat elektronik, seperti dilarang oleh awak kabin, tidak akan mengganggu peralatan navigasi atau radio pesawat. Padahal, tegas Hobica, penelitian menunjukkan bahwa alat-alat ini bisa mengganggu.
Sistem kompas milik jet Canadair, misalnya, tidak akan berfungsi setelah lepas landas, tetapi mulai bekerja setelah penumpang mematikan perangkat elektronik. Ini seperti dilaporkan USA Today pada Desember setelah mengulas dokumen pemerintah dan maskapai penerbangan di Amerika Serikat. Kejadian tersebut hanya salah satu dari 32 insiden gangguan akibat perangkat elektronik yang dilaporkan oleh pilot dan pengendali lalu lintas udara antara Januari 2001 dan Desember 2011.
Awak kabin tentu tidak bisa selamanya mengawasi “kenakalan” penumpang. Jadi, mengapa mengambil risiko besar hanya untuk menghidupkan perangkat elektronik? Mematikannya untuk sementara ketika pesawat lepas landas mungkin hanya tindakan kecil, tetapi berharga besar bagi keselamatan diri dan banyak orang.
Situs pemesanan tiket pesawat Airfarewatchdog baru-baru ini menghelat jajak pendapat kepada 1.200 orang untuk menanyakan apakah mereka menggunakan perangkat elektronik, seperti ponsel dan laptop, setelah pintu kabin ditutup dan pramugari meminta alat tersebut dimatikan.
Hasilnya cukup mengejutkan karena 24 persen responden mengatakan tidak selalu mematuhinya. Bahkan, sembilan persen responden mengatakan tetap menggunakan perangkat elektronik tersebut untuk menerima panggilan meski mendengar pengumuman dari awak kabin.
“Temuan ini menegaskan bahwa kini cukup sedikit orang yang mematuhi peraturan tersebut," kata George Hobica dari Airfarewatchdog, seperti dikutip SMH, Selasa (22/5/2012).
Menurutnya, banyak penumpang menganggap perangkat elektronik, seperti dilarang oleh awak kabin, tidak akan mengganggu peralatan navigasi atau radio pesawat. Padahal, tegas Hobica, penelitian menunjukkan bahwa alat-alat ini bisa mengganggu.
Sistem kompas milik jet Canadair, misalnya, tidak akan berfungsi setelah lepas landas, tetapi mulai bekerja setelah penumpang mematikan perangkat elektronik. Ini seperti dilaporkan USA Today pada Desember setelah mengulas dokumen pemerintah dan maskapai penerbangan di Amerika Serikat. Kejadian tersebut hanya salah satu dari 32 insiden gangguan akibat perangkat elektronik yang dilaporkan oleh pilot dan pengendali lalu lintas udara antara Januari 2001 dan Desember 2011.
Awak kabin tentu tidak bisa selamanya mengawasi “kenakalan” penumpang. Jadi, mengapa mengambil risiko besar hanya untuk menghidupkan perangkat elektronik? Mematikannya untuk sementara ketika pesawat lepas landas mungkin hanya tindakan kecil, tetapi berharga besar bagi keselamatan diri dan banyak orang.
Tag :
Serba Serbi
0 Komentar untuk "Survei: 24 Persen Penumpang Pesawat Tak Matikan Ponsel"